Beberapa waktu yang lalu teman saya mengirim sms dengan nada panik. Dia berkata bahwa usb-nya kena virus, datanya hilang semua. Padahal dia baru saja pulang liburan dari Medan. Dan berhubung teman saya ini cewek, tentu saja dia tidak melewatkan kesempatan liburannya tanpa berfoto-foto ria. Celakanya, semua foto disimpan di dalam usb tersebut tanpa ada backup sama sekali. Catat: pelajaran penting untuk selalu membackup data yang cukup crucial.

Berhubung dia minta bantuan saya, maka berpindahtanganlah usb malang itu. Setelah saya interogasi akhirnya saya mendapatkan sedikit background asal-usul si virus itu. Berdasarkan penuturannya, ternyata dia sempat menancapkan usb-nya itu ke laptop bapaknya. Jadi kemungkinan besar asal virus itu dari bapaknya sendiri. Walahh…

Melihat teman saya yang sedih dan sampai down, saya jadi kasihan. Tapi terus terang saya tidak bisa janji kalau file2-nya bisa direstore lagi secara saya sendiri belum pernah terserang virus model begini. Tapi satu hal saya katakan ke teman saya: “Everything will be okay…” Saya juga tidak mengerti kenapa saya berkata seperti itu, tapi mungkin itulah iman. Iman sederhana yang mempercayai kalau segala sesuatu masih dalam kendali Tuhan dan Dia menjamin semuanya akan baik-baik saja.

Setelah saya buka usb itu di PC, terlihat semua file berubah jadi shortcut dengan ukuran 1KB. Wah wah… pantesan teman saya ini panik tidaak karuan.  Lalu investigasipun dimulai… dan akhirnya ketahuan juga cara kerja si virus. Ternyata dia menduplicate setiap file yang ada dan file-file baru nan palsu itu cuma diberi size 1KB alias berperan sebagai shortcut. Kemana file yang asli? Mereka sebetulnya masih ada, cuma virus ini memberi attribut “hidden” untuk mereka yang akhirnya mereka jadi tidak terlihat.

Singkat cerita saya berhasil mengembalikan semua file yang “hilang” itu dan spontan teman saya inipun sangat bersukacita dengan kembalinya si anak… maksudnya si file yang hilang. Entah dia ingat perkataan saya “everything will be okay” atau tidak… saya juga kurang tahu. Saya tidak singgung-singgung lagi masalah itu.

Tapi kejadian ini membuat saya berpikir. Bukankah dalam hidup ini kita juga rentan kena “virus”? Virus yang dimaksud disini bukan virus komputer, tapi virus berupa kebiasaan dan kelakuan buruk yang kita dapatkan dari lingkungan kita.  Karena pada dasarnya sesuatu yang buruk itu gampang ditiru dan mudah menyebar.

Waktu dulu saya masih studi di sekolah yang cukup terkenal… dari luar memang terkenal gurunya bagus2, muridnya cerdas2, mutu pelajarannya bagus… tapi saya lihat dan mengalami sendiri kalau banyak siswanya yang kelakuannya audzubilah. Pokoknya tak kusangka deh…

Sad but true, tapi itulah yang terjadi. Dan setiap anak yang tidak hati-hati memilih teman dan pergaulan, akan dengan mudahnya ikut terbawa arus. Yang menyedihkan, siswa2 baru yang tadinya baik2 bahkan cenderung culun bisa berubah jadi seorang as*h*le cuma dalam beberapa bulan. Ini yang paling membuat hati sedih. Seakan-akan mereka tidak punya integritas untuk jadi diri mereka sendiri.

Apa betul untuk menunjukan kemachoan seorang laki-laki itu harus dengan merokok? Lalu waktu rokok belum ditemukan, tidak ada cowok macho dong? Aneh2 saja orang jaman sekarang ini… Kelaki-lakian seorang pria kan harusnya dibuktikan dengan kemampuannya bertanggungjawab. Lha ini masih dikasih uang jajan sama orang tua saja sudah berani macam2…

Betul yang dibilang firman Tuhan: “Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik“. Membentuk karakter dan kebiasaan baik itu butuh waktu yang lama bahkan bisa seumur hidup. Tapi untuk menjadi orang rusak tidak butuh waktu lama, cukup menceburkan diri di lingkungan yang salah… maka kitapun akan rusak juga.

Cukup sekali colok usb ke komputer bervirus… sim salabim… usb kita juga kena virus. Terbukti dari pengakuan teman saya ini yaitu selain usb-nya, laptop dan memory stick kamera-nya juga sudah kena penyakit yang sama. Bagaikan si virus yang menyembunyikan file asli dan menggantinya dengan file palsu berupa shortcut, kebiasaan dan kelakuan jelek pun menyembunyikan sifat kita yang baik dan
menggantinya dengan sesuatu yang salah.

Saya berdoa supaya kita semua bisa memilih dengan tepat mana yang baik buat kita dan mana yang dampaknya tidak baik, supaya kita tidak terkena “virus” yang dampaknya membuat hidup kita jadi berantakan.

http://kalam.comuf.com/?p=108