Dalam perjalanan saya menjadi usher di sebuah gereja di Singapore, sudah beragam tipe jemaat yang saya perhatikan. Mulai dari yang semangat, loyo, langganan telat, bergaya ala fashion show, ngutak ngatik handphone di gereja dan lain sebagainya. Tapi dari antara mereka ada seorang bapak tua yang cukup mencuri perhatian saya. Bapak ini selalu datang sendiri dan hanya ditemani oleh alkitab bersampul hitamnya. Dari minggu ke minggu gayanya pun selalu sama: kemeja polos, setelan jas biru tua, alkitab ukuran besar berwarna hitam. Ia selalu memilih untuk duduk di barisan belakang bahkan yang paling belakang. Sangat sangat sederhana…

Sayapun merasa iba melihat bapak tua ini. Setiap kali saya berpapasan dengannya di pintu belakang, saya memberikan salam dan senyuman kemudian mempersilahkan ia duduk. Dalam hati saya bertanya-tanya: “Mengapa bapak ini bisa berada di sini…? Apakah profesi dia…?” Dan berdasarkan pengamatan saya akan penampilan dan perilakunya, akhirnya saya simpulkan bahwa bapak ini adalah seorang lulusan sekolah tinggi teologi yang mungkin sedang diutus ke Singapore.

Saya yakin ia bukan seorang tokoh atau pendeta terkenal, karena biasanya seorang pendeta di Asia (apalagi yang terkenal) sangat menjaga penampilannya untuk tetap terlihat necis, rapih, dan perlente. Seseorang yang memiliki pengaruh besar juga biasanya memilih duduk di barisan depan karena barisan depan ini biasa diisi oleh para VIP.

Asumsi ini melekat di hati dan pikiran saya sampai tibalah waktunya para usher menerima undangan untuk menghadiri pernikahan seorang keluarga konglomerat. Tidak ada seorang pun yang kenal siapa keluarga konglomerat yang tiba-tiba mengundang ini. Yang saya tahu hanyalah ia ini seorang jemaat dari gembala senior kami.
Saat resepsi pernikahan dilangsungkan, tibalah giliran orang yang “dituakan” untuk memberikan speech. Astaga… saya tidak mempercayai mata saya sendiri: ternyata si bapak tua itu yang memberikan sambutan!

Ternyata bapak itu bernama Yusuf Merukh. Di masa mudanya ia merupakan salah satu tokoh Partai Nasional Indonesia pimpinan Bung Karno dan berhasil menjadi salah seorang kepercayaannya sehingga sering dipanggil masuk ke istana kepresidenan. Bahkan ia juga yang mencarikan tempat tinggal untuk Guntur dan Megawati di kawasan Kebayoran, Jakarta. Setelah berkarir di bidang politik dan sempat menjadi ketua DPRD DKI, ia beralih menjadi seorang businessman yang bergerak di bidang pertambangan.

Di bawah bendera perusahaan Merukh Enterprises yang didirikannya, ia memiliki lebih dari 500 kuasa pertambangan yang menempatkannya sebagai orang dengan julukan “King of Mining”. Perusahaannya semakin menggurita hingga mampu membeli 20% saham PT.Newmont dan baru-baru ini membeli pula sebuah perusahaan pertambangan emas yang terdaftar di London Stock Exchange. Hingga 2008 saja kekayaannya sudah mencapai 174 juta dollar… suatu angka yang sekedar membayangkannya pun saya tidak berani.

Dari sini saya belajar bahwa looks can be deceiving. Apa yang kita lihat itu bisa menipu kita. Manusia cenderung melihat apa yang di depan mata dan oleh karenanya mudah terpikat oleh sesuatu yang terlihat cantik, mewah, mahal, dan sebagainya. Dan tanpa sadar kitapun mulai memberikan penghargaan, penghormatan dan stereotype khusus untuk orang-orang yang dianggap memiliki kriteria-kriteria ini.

Maka dari itulah selain mata jasmani kita, Tuhan memberikan suatu mata yang lain yaitu mata rohani. Mata rohani inilah yang kita sebut dengan IMAN. Sebagaimana yang satu tampak dan yang lainnya tidak terlihat, demikian juga cara kerja kedua mata ini. Dalam banyak hal kedua mata ini bekerja berlawanan. Yang menurut mata jasmani baik, menurut mata rohani tidak baik, yang menurut mata jasmani tidak mungkin, menurut mata rohani mungkin!

Itulah sebabnya firman Tuhan mengajarkan kita untuk berjalan dengan iman (mata rohani) kita dan bukan dengan penglihatan (mata jasmani) kita. Karena iman timbul dari pendengaran akan firman Tuhan dan firman Tuhan sudah terbukti dan teruji kebenarannya, tidak pernah lekang dimakan usia bahkan begitu tajam seperti pedang bermata dua yang mampu membedakan mana yang merupakan emosi, pikiran, perasaan, kehendak di jiwa dan mana yang merupakan kebenaran yang berasal dari Tuhan.

http://kalam.comuf.com/?p=194