"Tanyakan pada dunia apa itu cinta… membuat hidup segan mati tak mau”
“Cinta… penderitaan tiada akhir”


Kalimat pertama di atas diucapkan oleh Lie Mo Chow dalam kisah  Return of The Condor Heroes sedangkan kalimat kedua oleh Chu Pat Kai sang siluman babi dalam kisah Journey to the West.

Lalu jika kita tanya orang-orang lainnya… apa sih cinta itu? Ada yang bilang cinta itu berjuta rasanya, yang lain bilang love is a wonderful thing, I would do anything for love, dan sebagainya. Tapi ada juga yang bilang love hurts. Bahkan seorang penyanyi dangdut di Indonesia menyanyi “Jatuh bangun aku mengejarmu…” Kelihatannya pencipta lagu ini sudah sangat desperate dalam usaha mendapatkan putri idamannya.

Dari sini terlihat bahwa cinta itu sesuatu yang indah tapi bisa menyakitkan juga. Tanyakan pada orang-orang yang mengalami patah hati, betapa menyakitkannya cinta itu. Ada yang membunuh karena cinta dan ada yang bunuh diri karena cinta.

Tetapi cintalah satu-satunya alasan mengapa Tuhan menciptakan manusia. Karena cinta ini jugalah Tuhan mengalami yang namanya patah hati karena manusia kesayangannya memberontak dan meninggalkan Dia. Lalu untuk apa Tuhan menciptakan manusia kalau toh Dia tahu manusia akan berdosa dan memberontak? Jawabannya sederhana: because God is love. Tuhan adalah cinta itu sendiri. God is love bukan God has love. Yang namanya cinta itu butuh obyek dan kitalah obyek cintanya.

Itulah sebabnya Tuhan mencipkatan Hawa untuk Adam, perempuan untuk laki-laki. Tuhan ingin Adam mengerti dan merasakan apa itu cinta… bagaimana rasanya mengasihi seseorang.  Dan mulai saat itu juga lagu-lagu tentang cinta bermunculan, entah tentang manisnya atau pahitnya cinta. Cinta menjadi sumber inspirasi yang tidak ada habis-habisnya bagi para musisi untuk berkreasi.

Kisah-kisah tragis tentang cintapun mulai menghiasi sejarah dunia ini. Bahkan alkitab sendiri mencatat berbagai kisah cinta yang tragis seperti kisah cinta Yakub-Rahel, Simson-Delila, Amnon-Tamar, Daud-Batseyba dan lainnya. Mengapa sesuatu yang indah seperti cinta bisa berujung tragis? Karena sejak manusia jatuh ke dalam dosa, manusia hidup untuk dirinya sendiri. Ada sesuatu dalam diri kita yang ingin dipuaskan, yaitu ego kita. Inilah yang disebut egosentris alias kehidupan yang berpusatkan pada diri sendiri.

Seringkali kita melihat seseorang yang ganteng, cantik, menarik atau terlihat baik lalu tanpa pikir panjang kita sudah memutuskan untuk segera memacari orang tersebut. Kitapun segera merancang strategi untuk bersiap-siap “menembak” buruan kita supaya tepat pada sasaran. Cara macam inilah yang membuat kita lupa adanya “Pribadi Ketiga” alias Tuhan sendiri sebagai sumber cinta yang perlu dilibatkan dalam saat-saat penting seperti ini.

Mungkin ada yang berkata: “Harus cepat bergerak dong… nanti keburu disamber orang laen…” Nah kan… kelihatan betul egoisnya. Kesannya tidak rela kalau orang lain yang mendapat terlebih dahulu. Lalu untuk apa kita berhasil memacari seseorang kemudian harus putus pula? Bukankah itu akan menyakitkan? Seenak-enaknya putus tetap saja ada sakitnya. Apalagi para wanita… butuh waktu yang tidak sebentar untuk bisa recovery jika sudah patah hati.

Tuhan Yesus meminta kita untuk saling mengasihi dan bukan saling menyakiti. Itulah sebabnya kita perlu berhati-hati dalam urusan cinta. Saya percaya segala sesuatu itu butuh proses. Seorang teman memberikan resep ampuh dalam menjalani sebuah hubungan (apapun bentuk hubungannya). Resepnya adalah: JOY yang merupakan kepanjangan dari Jesus Others Yourself. Artinya kita harus menempatkan Yesus sebagai prioritas utama, kemudian orang lain sebagai prioritas kedua, dan setelah itu baru kepentingan kita sendiri. Itulah pola yang diberikan Tuhan bagi hidup kita.
Selamat mencintai dan dicintai. Jesus loves you!

http://kalam.comuf.com/?p=122